Kebudayaan Bugis Makassar adalah kebudayaan dari suku bangsa Bugis Makassar yang mendiami bagian terbesar dari Jazirah selatan dari Pulau Sulawesi. Seacara garis besar penduduk provinsi Sulawesi Selatan terdiri dari empat suku bangsa yaitu suku bugis, suku Makssar, Suku, Toraja Dan suku Mandar.Kebudayaan Bugis Makassar dari segi Kependudukan mendiami Kabupaten-Kabupaten diataranya adalah Sinjai, Bone,soppeng,Wajo,Sidenreng-Rappang,Pinrang, Polewali-Mamasa,Enrekang, Luwu,Pare-Pare, Pangkajenne Kepulauan dan Maros.
Kebudayaan Bugis Makssar juga memliki beberapa kerajaan diantaranya yaitu kerajaan Bone, kerajaan Makassar, kerajaan Soppeng, kerajaan Luwu dan kerajaan Wajo.Adapun bahasa orang Bugis adalah Bahasa Ugi,sedangkan orang Mkassar adalah MANGKASA,Hurup yang dipakai adalah naskah-naskah Bugis Makassar kuno adalah AKSARA LONTARA.
Ciri Khas Bugis Makassar
Secara garis besar pemduduk provinsi Sulawesi Selatan terdiri dari empat suku bangsa yaitu, Makassar, Toraja,Bugis dan Mandar :Bukan hanya Inggris, Norwegia serta negara-negara kerajaan lain yang memiliki gelar kehormatan, Indonesia juga memilikinya. Jangan lupakan gelar-gelar kehormatan dari keraton-keraton serta kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia. Jika berbicara mengenai panjang gelar, gelar dari Indonesia juga tidak kalah panjang. Kadang menyulitkan bagi mereka yang tidak tahu asal-usulnya. Tetapi, ada gelar milik Indonesia yang cukup singkat. Gelar tersebut adalah Andi.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, apakah benar Andi adalah nama gelar? Lalu, kenapa namanya terkesan seperti nama seseorang? Sulit memang membedakan nama Andi sebagai gelar dan mana Andi sebagai nama. Untuk mengetahuinya, Anda bisa melihat asal-usul dari orang tersebut. Jika berasal dari Bugis, kemungkinan Andi yang dimiliki adalah gelar. Gelar Andi memiliki cerita sejarah yang cukup panjang. Semua terangkum dalam kebudayaan masyarakat Bugis. Untuk itu, ketika membicarakan gelar yang satu ini, kebudayaan masyarakat Suku Bugis secara tidak langsung juga akan ikut dibicarakan. Simak pembahasan mengenai Suku Bugis berikut ini!
Suku Bugis juga menjadi identitas atau akar silsilah dari beberapa tokoh yang ada di Indonesia. Sebut saja Jusuf Kalla. Kemudian ada B.J Habiebie, Sophan Sophiaan, serta Andi Mallarangeng. Nama Andi pada Andi Mallarangeng kemungkinan adalah gelar Andi yang dimaksud. Ragam Pendapat Tentang Andi Gelar Andi selaku gelar kehormatan yang dimiliki masyarakat Bugis disematkan pada bangsawan-bangsawan Bugis. Ada beragam pendapat yang menceritakan asal-usul dari pemberian gelar Andi ini. Namun, temuan berupa sumber asli belum ada. Menurut beberapa pendapat, Andi merupakan gelar kebangsawanan yang diturunakan berdasarkan garis keturunan. Setelah Bugis mendapatkan kemerdekaannya dari masyarakat Gowa, mereka yang merupakan keturunan dari campuran dari beberapa garis keturunan mendapatkan gelar ini. Mereka adalah keturunan dari percampuran berikut. Percampuran pernikahan antara keturunan Lapatau dengan putri dari Raja Bone Sejati; Percampuran pernikahan antara keturunan Lapatau dengan putri dari Raja Wulu yang bekerjasama dengan Kerajaan Gowa;
Percampuran pernikahan antara keturunan Lapatau dengan putri dari Raja Wajo;
Percampuran pernikahan antara keturunan Lapatau dengan putri dari Sultan Hasanuddi;
Kemudian percampuran dari pernikahan antara anak serta cucu Lapatau dengan putri dari Raja Suppa dan Tiroang; Dan, percampuran pernikahan antara anak cucu Lapatau dengan putri-putri raja dari kerajaan-kerajaan kecil yang berdaulat di Sulawesi. Pemberian gelar tersebut konon merupakan upaya dari Belanda, dalam hal ini VOC, untuk membangun serta mengendalikan, dalam hal ini lebih tepatnya mengubah kehidupan sosial yang ada di Sulawesi. Itu lah mengapa ada seorang jenderal bernama Muhammad Yusuf yang menolak penggunaan nama Andi. Padahal secara garis keturunan, beliau adalah memiliki garis keturunan dari Sawerigading. Pemberian Nama Andi di Era La Pawawoi Pendapat beberapa ahli lainnya adalah berhubungan dengan kehidupan masyarakat Bugis pada zaman pemerintahan La Pawawoi Karaeng Sigeri. Menurut cerita, pada masa pemerintahan itu, hubungan Kerajaan Bone dan pihak VOC dalam keadaan memanas. Kerajaan Bone kemudian membentuk sekelompok pasukan untuk menghadapi pasukan dari Belanda tersebut. Pasukan itu diberi nama Anre Guru Ana’ Karung. Pemimpin dari pasukan bentukan Kerajaan Bone tersebut adalah Petta Ponggawae. Anggota dari pasukan bentukan Kerajaan Bone bukan hanya anak-anak bangsawan, tetapi juga anak dari orang-orang berkedudukan di daerahnya masing-masing. Pemuda-pemuda itu lah yang kemudian konon dianugerahi gelar Andi. Gelar itu diberikan karena mereka sudah dianggap sebagai keluarga muda Raja Bone yang rela mati demi menegakkan kehormatan yang dimiliki rajanya, atau patetong’ngi alebbirenna Puanna. Pemberian Nama Andi versi Raja Bone Versi lain mengenai pemberian gelar Andi berhubungan dengan Raja Bone ke 30 dan 32 bernama La Mappanyukki. Beliau merupakan putra dari Raja Gowa dan putrid Raja Bone. La Mappanyukki mendapatkan gelar Andi d depan namanya atas pengaruh dari pihak Belanda. Peristiwa itu terjadi pada 1930-an. Mengapa dalam pemberian nama Andi ini pihak Belanda memiliki pengaruh? Ini adalah siasat Belanda untuk membedakan bangsawan mana yang berpihak padanya. Para bangsawan yang menggunakan gelar Andi di depan namanya, adalah mereka yang berpihak kepada pihak Belanda. Melihat kemudahan yang diterima para bangsawan pemihak Belanda, satu tahun kemudian, raja-raja yang berkuasa di Sulawesi sepakat untuk menggunakan nama Andi di depan namanya. Dalam buku milik Susan Millar juga disebutkan bahwa penggunaan nama Andi di depan awalnya adalah bertujuan untuk membedakan mana golongan bangsawan dan mana yang bukan. Karena saat itu, terjadi perdamaian antara pihak kerajaan dengan VOC. VOC kemudian berjanji untuk melepaskan budak yang masih merupakan keturunan bangsawa. Penggunaan nama Andi kemudian merujuk pada peristiwa tersebut.
Pengelompokkan mana bangsawan dan mana yang bukan menemukan kendala. Banyaknya budak yang dimiliki Belanda pada saat itu berimbas pada bercampurnya seluruh lapisan masyarakat. Akhirnya, diputuskan bahwa mereka yang lolos mengikuti berbagai test, yang pastinya hanya dikuasai oleh para bangsawan, lah yang akan mendapatkan sertifikat. Test tersebut salah satunya adalah test sebagai montir mobil.
Dari peristiwa tersebut, gelar Andi seolah menjamur. Semua keturunan bangsawan menggunakan nama tersebut di depan nama aslinya. Penggunaan nama Andi pada saat itu juga cukup beragam di setiap kerajaan yang ada di Sulawesi. Misalnya seperti yang terjadi di Kerajaan Soppeng. Kerajaan ini hanya membolehkan gelar Andi digunakan oleh keturunan ketiga. Pemaknaan Gelar Andi Ketika seseorang memang sudah ditakdirkan menjadi bangsawan, siapa yang akan memungkirinya? Gelar-gelar kebangsawanan yang ada di Indonesia ini harus diakui cukup membuat garis strata sosial semakin jelas terlihat. Tidak heran jika pada akhirnya, ada beberapa bangsawan, yang ditandai dengan gelar di depan namanya, bangga terhadap gelar yang dimilikinya. Sehingga, gelar tersebut terus dibawa-bawa kemana pun ia pergi. Seperti gelar Andi ini sendiri. Dan hal tersebut membuat jurang pemisah antara golongan bangsawan dan golongan masyarakat biasa.
Di golongan masyarakat Bugis sendiri, khususnya mereka para orang tua, ada sebuah anggapan bahwa siapa pun yang sering mengaku-aku dirinya sebagai bangsawan dan membawa gelarnya kemana pun serta seolah menonjolkanya kepada masyarakat luas, adalah bukan keturunan murni bangsawan. Kebanggaan mereka terhadap gelar dengan menonjolkan nama gelar yang dimiliki seolah sebagai bentuk ketakutan apabila gelar bangsawan yang dimilikinya tidak diakui. Padahal, jika memang ia adalah bangsawan murni, tanpa menggunakan embel-embel Andi di depan namanya, masyarakat akan tetap tahu bahwa ia adalah bangsawan. Pemaknaan gelar kebangsawanan di masyarakat Indonesia, seperti Andi memang menimbulkan perbedaan pendapat. Sejatinya, menurut salah seorang keturunan bangsawan, gelar bangsawan tidak berbeda jauh dengan kadar karat yang dimiliki sebongkah emas. Ada yang kadar karatnya tinggi dan ada yang rendah. Kadar karat ini diasosiasikan sebagai tingkah laku atau kepribadian bangsawan tersebut di tengah-tengah masyarakat. Gelar Andi sendiri seolah menjadi suatu hal yang bisa menaikkan gengsi seseorang di lingkungan masyarakat. Pada akhirnya, pemakaian gelar Andi ini banyak yang dipaksakan. Aturan berdasarkan kebudayaan masyarakat Sulawesi Selatan, gelar Andi hanya boleh diturunkan dari garis ayah. Jika ayahnya tidak “Andi”, ia tidak boleh menempatkan gelar tersebut di depan namanya. Sayang, aturan tersebut banyak diterabas.